Wartawan alumni sma 6?

September 29, 2011

Setiap penulis ataupun wartawan memiliki style sendiri dalam menulis. Pilihan kata dalam penulisan berita itu menyesuaikan dengan gaya medianya atau publik pembaca yang dibidik. Mungkin pula (ini mungkin lho ya) karena latar belakang si penulis/wartawan.
Wartawan atau redaktur bola yang biasa pake kata “redam”, “taklukkan”, “bantai”, “tundukkan”, sepertinya pernah liputan perang, daerah konflik, atau paling tidak ex. desk kriminal. Kalau pakai kata “cukur” patut diduga si wartawan pernah kerja di salon. Sedangkan yang suka pakai kata-kata “hujani”, “petik”, “panen gol”, bisa jadi anak petani.

Nah, Wartawan atau redaktur bola yang nulis judul “SIKAT!” seperti gambar di atas kayaknya alumni SMA 6 :))

Wallahu a’lam..

“BEROBAT KE SINGAPORE!”

Juni 11, 2011

Jika anda atau keluarga anda terindikasi akan menjadi “pesakitan” cukup bilang “sakit” dan “berobat ke Singapore!”

“Berobat ke Singapore!” Ini jawaban yang paling mudah bagi siapapun untuk menghindar dari jeratan hukum. Ia seakan menjadi “mantra” untuk sejenak bisa terhindar segala urusan dengan aparat penegak hukum—kepolisian, jaksa, dan terutama KPK. Syukur-syukur bisa selamanya. Baca entri selengkapnya »

Apa Memang Begitu?

November 7, 2010

“Dulu, saya telah menyusun tesis ketika saya belum terdaftar sebagai mahasiswa S2. Dan saat belum lulus S2, saya sudah menyusun disertasi untuk program doktoral saya. Kenapa? Karena saya tahu, ujungnya S2 itu yang buat tesis, dan S3 itu bikin disertasi.”

Pernyataan itu keluar dari salah satu dosen saya, yang menyandang gelar guru besar di usia muda. Ia menyarankan mahasiswanya untuk tidak menunda sesuatu yang dapat dikerjakan saat ini, untuk selalu selangkah lebih maju dibanding yang lain. Baca entri selengkapnya »

Edy Joenardi dan Bebalnya Pengelola Bola Indonesia

November 1, 2009

Membaca Kompas Minggu menguak banyak sisi tentang sulitnya membangun sepakbola nasional sebagai sebuah industri dan tontonan yang menghibur.  Ada banyak pihak yang ‘tidak rela’ dunia sepakbola kita menjadi professional karena takut kehilangan ladang pencahariannya.

Saya teringat sosok pengusaha bernama Edy Joenardi yang beberapa waktu lalu begitu berhasrat membeli Persija.  Ada obsesi untuk mentransformasi Persija dari yang sebelumnya menyusu pada ABPD DKI menjadi klub yang professional dan mandiri secara finansial. Baca entri selengkapnya »

Oktober 26, 2009

Lama saya tidak menyentuh blog ini. Jangankan menyentuh, melongok pun tidak. Mungkin saya adalah salah seorang yang terjebak narsisme Facebook. Cukup tulis status pendek-pendek, siap mengudara. Sesuatu yang tak penting, tapi..ya begitulah..

Rigth Issue vs Wrong Issue

April 12, 2009

logo-bursa-efek-indonesiaMenjadi pekerja media di Indonesia itu gampang-gampang susah. Kita dituntut untuk tahu segala hal dan siap ditempatkan di desk manapun. Jangan heran, jika tiba-tiba anda dipindahkan ke pos liputan yang sama sekali tidak anda pahami.

Boleh jadi, anda yang sarjana ekonomi diperintahkan liputan di desk kriminal. Adalah hal biasa, lulusan Pendidikan Agama Islam UIN/IAIN/STAIN, jadi wartawan politik. Alumnus fakultas teknik, disuruh memantau pertandingan basket. Anda yang sama sekali tak paham hukum, sangat mungkin diperintah nongkrong di kejaksaan dan pengadilan. Dan apa boleh buat, anda harus siap! Tidak ada alasan: tidak bisa. Harus bisa—seperti judul bukunya Presiden SBY. Hahahaha. Baca entri selengkapnya »

Ikro’!

Desember 8, 2008

asbak”Ikro’!” (merokoklah!)
”Ma ana bi kori’.” (saya tidak punya korek)
”Ok. Ini saya punya korek. Silakan merokok sepuasnya.”

Tapi soalnya tidak selesai sampai di situ. Ketika anda punya sebatang rokok, kawan anda menyuguhkan korek, lantas anda menyulut rokok tersebut, anda masih membutuhkan sebuah asbak.

Asbak itu penting untuk mengurangi kekemprohan anda, menutupi habitus bangsa ini yang biasa membuang sampah serampangan. Bagi pecandu, rokok itu penting. Tapi bagi yang lain, ia sangat mengganggu, tidak sehat, dan dapat menyebabkan bau mulut. Rokok makin mengganggu jika anda tidak menyiapkan asbak, apapun lah namanya, untuk membuang latu dan puntung.

Seorang kawan jebolan pesantren melontarkan dalil serampangan, ”kullu syaiin asbakun.” segala sesuatu bisa menjadi asbak.
Baca entri selengkapnya »

Marhamah Konstitusi

Desember 2, 2008

Jika anda sedang rehat, punya waktu luang, ada baiknya melongok sejenak ke Mahkamah Konstitusi. Siapa tahu anda menemukan kejadian unik—mungkin juga lucu—dalam sidang sengketa Pilkada Jawa Timur.

Sayang, sidang sengketa Pilkada yang melibatkan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Mujiono (Kaji) dan Sukarwo-Syaifullah Yusuf (Karsa) itu sudah usai. Mahkamah konstitusi akhirnya memutuskan agar KPU Provinsi Jawa Timur menggelar pemungutan ulang di Bangkalan dan Sampang, dan penghitungan ulang di Pamekasan.

Kenapa ada kemungkinan muncul kejadian unik? Ya karena yang datang banyak orang Madura. Saksi yang diajukan dua pihak yang bersengketa—Kaji dan Karsa—sebagian besar adalah orang Madura. Suporter mereka juga mayoritas orang Madura. Dan…Ketua Mahkamah Konstitusinya orang Madura.
Baca entri selengkapnya »

Guru

November 26, 2008

Saya hidup di lingkungan guru. Ibuku guru. Semua pamanku dari keluarga ibu juga guru. Kakekku guru. Tapi aku tak mau jadi guru.

Saya ingat saat masih sekolah di Madrasah Ibtidaiyah, pamanku yang tertua mengajar sejarah Islam. Ia suka sekali bercerita tentang kisah para nabi. Gayanya lugas, mudah dicerna, dan banyak diselingi humor segar. Setiap kali dia mengajar saya pasti bersemangat, dan teman sekelasku sepertinya terlihat bersemangat juga. Kami semua menunggu kisah-kisah baru.

Pamanku yang kedua tak pernah mengajar langsung. Ia hanya sesekali mengisi pelajaran ketika guru utama absen. Terakhir, setelah saya lulus, ia sempat menjadi kepala madrasah.

Pamanku yang ketiga mengajar IPS (ilmu pengetahuan sosial). Ia semacam ensiklopedia sosial berjalan. Wajahnya serius. Tak banyak humor. Tapi di luar kelas ia kadang melontarkan humor, humor ala madura.
Baca entri selengkapnya »

Demi Anakk Yg Tercinta

November 23, 2008

demianak

Sabtu (22/11) dini hari. Wajahnya tak tampak. Hanya secuil dengkul melongok dari balik gerobak. Sepertinya ia tertidur pulas. Melepas lelah setelah seharian mengais yang tersisa, menjumput yang terbuang.
Baca entri selengkapnya »