Panji Koming Akuisisi Nokia, Panji Koming Poligami

Zaman kala bendhu tidak selalu miris, berisi kepahitan hidup, keluh kesah, dan resah. Ia punya langgam sendiri yang kadang bikin kita tertawa terpingkal-pingkal: setidaknya menertawakan kesialannya sendiri.

Intrik.culas.korupsi. Begitulah keseharian polah pamong kerajaan Majapahit pada abad 15. Tak ada yang bisa diharapkan. Rahayat jelata semakin pupus harap ketika meneropong nasib anak-cucu ratusan tahun ke depan. Korupsi tetap merajalela. Intrik kekanak-kanakan elit bikin napsu makan hilang.

Panji Koming tak sabar. Ia berniat melintas batas waktu dan jaman. Dengan meminta bantuan Embah Randu Bantal Panji akhirnya bisa melompat jauh ke depan, melihat dari dekat jungkir balik anak-cucunya..Ah..tak ada bedanya dengan perilaku pamongpraja di jaman kala bendhu Majapahit.

***

Panji koming terhenyak dengan polah pejabat negeri ini yang tak peduli. Merusak tatanan alam. Ia berpikir keras bagaimana menyelamatkan generasi penerus yang mentalnya mulai tergerus ketamakan.

Panji berjalan, mengitari nusantara. Ada kesenjangan. Di ibukota, mall-mall berjejer rapih, bersih, wangi. Perempuan cantik, lelaki gagah, berjalan melenggang dengan senyum. Membawa bungkusan belanjaan. Ia tersenyum,”ah..ternyata anak-cucuku makmur sejahtera.”

Tidak seperti yang diteropong Embah Randu Bantal Apa yang dilihat Embah ternyata tidak sepenuhnya benar.
”syukurlah,” bisik Panji lirih sambil mengusap wajah.

Keluar dari mall, Panji disambut teriakan orang-orang tua lusuh yang menggendong anak kecil yang tak kalah lusuhnya. Tangannya menengadah meminta belas kasih.

”Assalamakata…kok begini?”
Panji melenguh kesal. Di dalam banyak orang tersungging rekah dengan baju wangi rapi jali. Tapi sepelemparan batu dari mall sudah bertumpuk rahayat miskin tak berpunya. Dunia serba terbalik. Ada kesenjangan. Di dalam sana tersenyum riang, di luar sini meringis dan kadang tersenyum kecut dipaksakan.

Setelah memberikan selembar uang rupiah—yang baru saja ditukarkan dengan kepingan perak di Money Changer—Panji bergegas. Ia menyusuri jalan ibukota..Di emperan warung kaki lima, ia melihat ada dua pemuda jadul abis. Sambil sedal-sedul menghisap rokok eceran, dua pemuda itu (belakangan diketahui namanya Beny dan Mice) asyik memainkan Handphone Nokia second murah. Mereka tak mempedulikan seliweran pejalan kaki di trotoar, derung kopaja, dan teriakan pengendara motor yang terjebak macet. Mereka juga tak tahu kalau sedang diamati serius oleh Panji Koming, kakek moyangnya dari Kerajaan Majapahit ratusan tahun kepungkur.

Nokia? Barang apa pula itu? Kenapa mereka begitu asyik masyuk dengan mainan baru. Panji tertarik ingin mengetahu nilai lebih dari barang tesebut.

”Oh…ini mungkin bisa menjadi inspirasi bagi anak-cucuku. Saya perlu mendalami kehebatan dan nilai lebih barang kecil itu.”
Panji susah payah mencari tahu apa itu Nokia.

***

Hampir semua masyarakat Indonesia yang melek Handphone, pasti mengerti Nokia. Ia menguasai pangsa pasar telepon seluler di Indonesia dan Dunia. Handphone ya Nokia, Nokia ya Handphone. Apapun operatornya, Hengponnya tetap Nokia.

Nokia seakan telah menjadi pasangan kedua bagi manusia. Ia selalu dibawa kemana-mana tak pernah lupa. Anak-Istri boleh ditinggal dirumah, tapi tidak Nokia. Ia tidak boleh tertinggal, ia harus dibawa kemana-mana..

Nokia sudah menjadi kawan karib, meski tidak banyak yang tahu berasal dari mana barang hebat itu. Pengguna Nokia mungkin tidak peduli. Bahkan tidak mengenal Finlandia, negeri asal muasal Nokia.

Mereka juga tidak mau tahu, bagaimana pembuatan Nokia, proses kreatifnya, dan inovasi tanpa henti agar terus menjadi leader di market global. Mereka juga tak paham, perusahaan Nokia itu berawal dari merger Nokia Ab (perusahaan pengolahan kayu dan kertas), Suomen Gummitehdas Oy (produsen sepatu anti air dan barang berbahan karet lainnya), sertai Soumen Kaapelitehdas Oy (produsen kabel telepon dan listrik).

”Hebat betul barang ini. Bagaimana bisa sebuah kayu, sepatu, dan kabel listrik-telepon diolah sedimikian rupa menjadi telepon genggam mini,” ucap Panji gumun.

Kehebatan Nokia membulatkan tekad Panji untuk mengakuisisi saham perusahaan itu. Ia bernegosiasi dengan CEO Nokia Jorma Ollila untuk membeli saham mayoritas perusahaan. Melalui perundingan a lot, Panji berhasil menguasai 51 % saham Nokia. Sisanya dibagi pemegang saham lawas.

Panji kemudian menjadi CEO Baru Nokia menggantikkan Ollila. Agar trasfer pengetahuan, dan mental perusahaan bisa berjalan lancar, Panji tetap mempertahankan Ollila. Ia diminta menjadi wakil CEO yang bertanggung jawab mengelola kerajaan bisnis Nokia. Panji hanya memantau dan sesekali memberi-meminta saran.

***

Singkat kata, Nokia di bawah Panji terus berkembang menancapkan kekuasaan bisnisnya. Panji, yang hanya rahayat jelata, dari zaman kerajaan, kemudian menjadi konglomerat ternama di Indonesia dan dunia, melampaui Aburizal Bakrie, bahkan Bill Gate.
Tapi ya..begitulah manusia. Ia kadang lupa daratan setelah memiliki kekayaan melimpah, duit menggunung meteran. Kenakalan khas lelaki mulai menjangkiti Panji. Ia mulai lupa Ni Woro Ciblon, tunangan yang ditinggalkannya di Majapahit, kawan karibnya Pailul yang berharap oleh-oleh dari perjalanan lintas waktu Panji Koming.

Panji mulai melirik perempuan lain. Melalui perkenalan tak sengaja, Panji bersua dengan Rara Mendut, wanita tangguh-gagah gemulai. Ia terpesona dengan kecantikan Roro Mendut, Ia kagum dengan keteguhan hati dan ketegaran perempuan itu.

Panji juga tertarik pada Nadra setelah mengetahui pengalaman hidupnya yang penuh liku. Ia merasa iba, dan berniat mempersuntingnya.

Dengan dua pendamping wanita, lengkaplah kebahagiaan Panji. NOKIA berkembang pesat, menjadi korporat nomor wahid sedunia. Panji berniat memindahkan kerajaan bisnis NOKIA dari Finlandia ke Indonesia, tapi Ollila tidak setuju.

”Ya sudah…saya sudah tahu mental perusahaan ini. Saya akan mengembangkan bisnis serupa di Indonesia dengan mengadopsi mental korporasi NOKIA.”

Dengan semangat NOKIA, digabung kearifan lokal Indonesia, Panji yakin bangsa ini bisa kukuh, bangun dari ketertinggalan. NOKIA besar berawal dari merger tiga perusahaan: pengolahan kayu, produsen sepatu (karet), dan kabel telepon-listrik.

Hebat bukan, bermodalkan pemikiran inovatif, Kayu dicampur karet, dialiri listrik, dan disambungkan dengan kabel telepon bisa menjelma menjadi alat komunikas mutakhir yang bisa menghubungkan manusia (connecting people).

Di Indonesia banyak pembalak liar dan pengolah kayu illegal. Ini modal dasar untuk berkembang. Kita juga punya PLN, meski byar-pet. Semua itu sebenarnya kekuatan terpendam yang dimiliki bangsa ini. Kalau dikembangkan bisa menjadi kekuatan dahsyat. Sayang memang, saking terpendamnya, bakat itu susah dimunculkan.

12 Tanggapan to “Panji Koming Akuisisi Nokia, Panji Koming Poligami”

  1. kw Says:

    wah keren banget ceritanya….

  2. nothing Says:

    aku ra pake nokia, soale Over price..

  3. hanggadamai Says:

    wah postingan yg seru 🙂

  4. Hedi Says:

    weleh ngeborong, cong…eh panji koming ada berapa terbitan? kayaknya kemaren liat iklan 2 atau 3 ya

  5. antown Says:

    pandji koming kan ikut sama pak dwi koendoro ke jepang? kapan ya saya bisa ikut jejaknya??

  6. escoret Says:

    nice ..!!!!!
    tapi,tetep sony erricson aku..kekkeke

  7. Wazeen Says:

    saya masih setia dengan nokia 3610 saya mas…

  8. adit-nya niez Says:

    Ahahaha… Terakhir2nya kerasa banget… :mrgreen:

  9. sluman slumun slamet Says:

    mantabbbb…
    semoga!

  10. Nazieb Says:

    Ya ya, karena saya ini Ainun Nazieb, maka saya juga harus setia dengan Nokia Kolopaking :mrgreen:

  11. ghatel Says:

    ceritane panjang tapi seru… 😀

  12. isnan chodri Says:

    ndak paham dan ndak make nokia

Tinggalkan Balasan ke hanggadamai Batalkan balasan